UnwahasUnwahas

Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi KlinikJurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik

Kemoterapi sering digunakan pada pasien kanker baik sebagai monoterapi maupun kombinasi, karena menunjukkan efektivitas yang lebih tinggi dan toksisitas yang lebih rendah dibandingkan penggunaan tunggal, sekaligus mencegah resistensi obat. Kombinasi obat kemoterapi atau penggunaannya bersama dengan obat pendukung dapat meningkatkan risiko interaksi obat yang mungkin memengaruhi hasil pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan memberikan saran mengenai manajemen interaksi obat pada pasien kanker di Poliklinik Kanker RSU X Denpasar tahun 2020. Penelitian ini merupakan studi deskriptif cross-sectional dengan pengumpulan data retrospektif dari catatan medis tahun 2020. Data interaksi obat dianalisis menggunakan Drugs.com, Lexicomp, dan Stockley untuk menilai jenis interaksi, tingkat risiko, tingkat keparahan, dan manajemen setiap interaksi. Hasil menunjukkan bahwa jenis kanker yang paling umum adalah kanker payudara (62,7%) dan limfoma (10,2%), dengan penggunaan kemoterapi kombinasi pada 73,97% kasus. Jenis interaksi yang paling umum adalah interaksi farmakodinamik (50,42%), dengan tingkat risiko C (35,53%) dan tingkat keparahan sedang (69,07%). Interaksi paling umum terjadi antara obat kemoterapi dan obat pendukung (46,47%). Manajemen rekomendasi untuk interaksi obat potensial pada pasien kanker meliputi memberikan jeda waktu antara pemberian obat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi obat kemoterapi lebih umum digunakan pada pasien kanker, bersama dengan terapi pendukung tambahan seperti antihistamin, kortikosteroid, dan antagonis reseptor 5-HT3, yang digunakan sebagai premedikasi dan pengobatan pasca-kemoterapi.Interaksi obat yang paling sering ditemui adalah interaksi farmakodinamik (50,42%), interaksi dengan tingkat keparahan besar (69,07%), dan interaksi dengan tingkat risiko C (35,53%) di Poliklinik Kanker RSU X Denpasar.Strategi manajemen yang direkomendasikan untuk mengatasi interaksi obat potensial meliputi menyesuaikan waktu pemberian obat, mempertimbangkan kombinasi obat alternatif, dan memastikan pemantauan terus-menerus terhadap interaksi obat oleh apoteker atau profesional kesehatan lainnya.

Penelitian lanjutan dapat fokus pada dampak faktor genetik terhadap interaksi obat pada pasien kanker, pengembangan alat bantu kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi risiko interaksi obat secara akurat, serta eksplorasi terapi alternatif yang lebih aman untuk mengurangi kebutuhan kombinasi obat kemoterapi. Studi juga dapat mengevaluasi efektivitas pendekatan personalisasi pengobatan berdasarkan profil genetik pasien untuk meminimalkan interaksi obat. Selain itu, penelitian lebih lanjut tentang penggunaan obat pendukung dengan mekanisme kerja yang tidak saling bertentangan dapat dilakukan untuk mengurangi risiko interaksi farmakodinamik dan farmakokinetik.

  1. Doxorubicin Is Key for the Cardiotoxicity of FAC (5-Fluorouracil Adriamycin Cyclophosphamide) Combination... mdpi.com/2218-273X/9/1/21Doxorubicin Is Key for the Cardiotoxicity of FAC 5 Fluorouracil Adriamycin Cyclophosphamide Combination mdpi 2218 273X 9 1 21
  1. #interaksi obat#interaksi obat
File size987.96 KB
Pages18
DMCAReportReport

ads-block-test